Kamis, 06 Desember 2012

Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi



Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi

Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan dengan alat reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk mengungkapkan kepada tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian, sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan kepercayaan. Simptomatologi penyakit ginekologik sebagian besar berkisar pada gejala antara lain :
1.      Perdarahan
2.      Rasa nyeri  dan ;
3.      Pembengkakan.

Anamnesa dan Pemeriksaan Umum/ Khusus
Anamnesa
Anamnesa meliputi :
1.  Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiwa. Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
2.      Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
3.     Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
4.    Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
5.      Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
6.  Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non   hormonal maupun kontrasepsi mantap.
7.    Riwayat penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki penyakit berat atau kronis.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi :
1.  Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
2.      Pemeriksaan tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
3.      Pemeriksaan penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.
Pemeriksaan Khusus
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan.Adapun posisi yang digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.
Pemeriksaan khusus meliputi :
1.      Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari :
 a) Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan, tumor maupun asites), pergerakan pernafasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi).
b) Palpasi – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rektum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor, tinggi fundus uteri, permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasa sakit.
c) Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam kavum abdomen dan perasaan sakit saat diketok.
d) Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan janin maupun denyut jantung      janin.
2.      Payudara – mempunyai arti penting sehubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae.
3.      Alat Genetalia Luar, terdiri dari :
a) Inspeksi vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah kelainan pada rerineum dan anus.
 b) Palpasi vulva – Teraba tumor, benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar bartholini.
4.      Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari :
a) Pemeriksaan vagina – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina; adakah benjolan pada vagina.
b) Pemeriksaan porsio uteri – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/ lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan.
 c) Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.
5.      Pemeriksaan Dalam – Pemeriksaan dalam untuk menentukan :
a) Rahim – Bagaimana posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan.
 b) Adneksa (daerah kanan kiri rahim) – Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus.
 c) Forniks posterior (kavum douglas) – Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.
6.      Pemeriksaan Rectal – Pemeriksaan rectal dilakukan pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen   rigidus dan vaginismus.
 Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.
7.    Pemeriksaan Rectovaginal – Pemeriksaan rectovaginal digunakan pada proses-proses dibelakang dan kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
8.      Pemeriksaan Penunjang – Seperti sonografi transveginal, histeroskopi maupun tindakan operatif lain.

Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesa sampai pemeriksaan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan atau diagnosis : kehamilan, penyakit kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab.

Terapi
Terapi diberikan sesuai dengan diagnosis atau kesimpulan yang didapatkan. Sebagai Bidan memberikan KIE – motivasi untuk pemeriksaan, melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesmas, dokter spesialis, rumah sakit) dan menerima pengawasan lebih lanjut.

Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi yang objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan membantu klien mengenali kondisi dan masalahnya serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi permasalahannya.

Tahapan pemberian konseling terbagi dalam konseling awal, konseling khusus atau pemantapan dan konseling kunjungan ulang.  Konseling dalam pemeriksaan ginekologik, klien berhak memilih dan membuat keputusan tentang penatalaksanaan klinik yang diyakininya kemudian disepakati dalam persetujuan tertulis/ informed consent oleh kedua belah pihak (tenaga kesehatan dengan klien).

Persiapan Pre Operatif
Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin untuk membuat diagnosis penyakit yang tepat dan untuk menilai kondisi pasien. Persiapan operasi pada keadaan darurat tentunya tidak selengkap dengan operasi yang terjadwal, namun demikian hal-hal yang esensial tetap dilakukan.
Pada malam sebelum operasi, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi dilakukan. Pemberian pramedikasi diberikan dan diatur oleh ahli anestesi.

Perawatan Post Operatif
Sesudah operasi, timbul beberapa perubahan pada badan.
Perubahan-perubahan itu adalah :
1.      Kehilangan darah dan air yang menyebabkan berkurangnya volume cairan dalam sirkulasi.
2.      Diuresis pasca operasi berkurang, beberapa hari kemudian akan normal kembali.
3.      Terjadi penghancuran protein jaringan, ekskresi kalsium meningkat, sedang pengeluaran natrium dan klorida berkurang.
Setelah operasi selesai, pasien tida boleh ditinggalkan sampai ia sadar. Harus dijaga jalan pernafasannya tetap terjaga.

Komplikasi-Komplikasi Pasca Operasi :
1.   Syok – Terjadi karena insufisiensi akut dari system sirkulasi dengan sel-sel jaringan tidak mendapat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian. Penyebab syok dari hemoragi, sepsis, neurogenik dan kardiogenik dll.
2.      Hemoragi – Timbul bisa karena ikatan terlepas atau karena usaha penghentian darah kurang sempurna.
3.      Gangguan jalan kencing – Retensio urin, infeksi jalan kencing sering terjadi pada pasien pasca operasi.
4.      Infeksi
5.      Distensi perut – Perut terasa kembung, tetapi setelah flaktus keadaan perut menjadi normal.
6.      Terbukanya luka operasi dan eviserasi – Sebab terbukanya jahitan luka operasi karena luka tidak dijahit dengan sempurna.
7.    Tromboflebitis – Jarang terjadi, hal ini bersangkutan dengan radang dan sebagai tombosis tanpa tanpa tanda radang.

Daftar Pustaka
Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.
Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.
Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta

Selasa, 04 Desember 2012

Penatalaksanaan HIV - AIDS



PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan HIV -AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek Sosial.
1.      Aspek Medis meliputi :
a.                              Pengobatan Suportif.
Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan cepat. Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan. Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat Anabolik Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal tanpa kita sadari. Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak, pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk mengupas buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan Toksoplasma, begitu juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.
b.      Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik.
Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi HIV dan AIDS.
1)      Tuberkulosis
Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH 300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu tahun.
2)      Toksoplasmosis
Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging yang kurang matang. Obat :  TMP-SMX  1 dosis/hari.
3)      CMV
Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaam. Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang dapat menyebabkan luka pada usus. Obat  :  Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali sehari.
4)      Jamur
Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur Kandida. Obat  :  Nistatin  500.000 u per hari Flukonazol 100 mg per hari.

c.       Pengobatan Antiretroviral (ARV)
1)      Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
2)   Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut “HAART” (Highly Active Anti Retroviral therapy)
3)  Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah pakai ARV sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.
4)      Di Indonesia :
a)   Lini pertama     : AZT + 3TC + EFV atau NVP
b)   Alternatif          : d4T + 3TC + EFV atau NVP AZT atau d4T + 3TC + 1PI (LPV/r)
5)      Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat terjadi resisten bila sering lupa minum obat.

2.      Aspek Psikologis, meliputi :
a.       Perawatan personal dan dihargai
b.      Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c.       Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d.      Tindak lanjut medis
e.       Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f.       Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

3.      Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:
a.       Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan
b.      Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c.       Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)
Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006) membedakan empat jenis dimensi dukungan social :
a.       Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien dengan HIV AIDS yang bersangkutan
b.      Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain
c.       Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannya
d.      Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.