Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi
Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan dengan alat
reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk mengungkapkan kepada
tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian, sikap seorang tenaga medis
sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan kepercayaan. Simptomatologi
penyakit ginekologik sebagian besar berkisar pada gejala antara lain :
1.
Perdarahan
2.
Rasa nyeri dan ;
3.
Pembengkakan.
Anamnesa
dan Pemeriksaan Umum/ Khusus
Anamnesa
Anamnesa
meliputi :
1. Riwayat penyakit umum; apakah
penderita pernah menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan
darah, diabetus melitus dan kelainan jiwa. Riwayat operasi non ginekologik seperti
strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
2.
Riwayat
obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah pernah
mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan,
dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat kuretase yang
dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
3.
Riwayat
ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan pengobatannya,
khususnya operasi yang pernah dialami.
4.
Riwayat
haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau
tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau
tidak, dan menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir
yang masih normal.
5.
Keluhan
utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
6. Riwayat
keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien
menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non
hormonal maupun kontrasepsi mantap.
7. Riwayat
penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki
penyakit berat atau kronis.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi :
1.
Kesan
umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak pucat,
mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
2.
Pemeriksaan
tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
3.
Pemeriksaan
penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.
Pemeriksaan Khusus
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh
hasil yang baik maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga
menentukan.Adapun posisi yang digunakan adalah posisi litotomi, miring dan
sims.
Pemeriksaan
khusus meliputi :
1. Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari :
a) Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada
kehamilan, tumor maupun asites), pergerakan pernafasan, kondisi kulit (tebal,
mengkilat, keriput, striae, pigmentasi).
b)
Palpasi – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rektum sebaiknya dalam
keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor, tinggi fundus uteri, permukaan
tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasa
sakit.
c)
Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat
cairan bebas dalam kavum abdomen dan perasaan sakit saat diketok.
d) Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan
janin maupun denyut jantung janin.
2.
Payudara – mempunyai arti
penting sehubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma
mammae.
3.
Alat Genetalia Luar, terdiri
dari :
a)
Inspeksi vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada
perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini,
abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah
kelainan pada rerineum dan anus.
b) Palpasi vulva – Teraba tumor, benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar
bartholini.
4.
Pemeriksaan Inspekulo, terdiri
dari :
a)
Pemeriksaan vagina – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina;
adakah benjolan pada vagina.
b)
Pemeriksaan porsio uteri – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/
lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan.
c) Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina
dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan
sitologi.
5.
Pemeriksaan
Dalam – Pemeriksaan dalam untuk menentukan :
a) Rahim – Bagaimana posisi rahim, besar,
pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan.
b) Adneksa
(daerah kanan kiri rahim) – Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari
yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke
samping uterus.
c) Forniks
posterior (kavum douglas) – Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat
nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum
abdominalis.
6.
Pemeriksaan
Rectal – Pemeriksaan rectal dilakukan pada wanita yang belum coitus,
pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen
rigidus dan vaginismus.
Caranya:
jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas
sympisis.
7. Pemeriksaan
Rectovaginal – Pemeriksaan rectovaginal digunakan pada proses-proses dibelakang
dan kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya:
jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
8.
Pemeriksaan
Penunjang – Seperti sonografi transveginal, histeroskopi maupun tindakan
operatif lain.
Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesa sampai pemeriksaan,
maka dapat ditarik suatu kesimpulan atau diagnosis : kehamilan, penyakit
kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab.
Terapi
Terapi diberikan sesuai dengan diagnosis atau
kesimpulan yang didapatkan. Sebagai Bidan memberikan KIE – motivasi untuk
pemeriksaan, melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(puskesmas, dokter spesialis, rumah sakit) dan menerima pengawasan lebih
lanjut.
Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi
yang objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan
keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik yang bertujuan membantu klien mengenali kondisi dan
masalahnya serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi permasalahannya.
Tahapan pemberian konseling terbagi dalam
konseling awal, konseling khusus atau pemantapan dan konseling kunjungan
ulang. Konseling dalam pemeriksaan ginekologik, klien berhak memilih dan
membuat keputusan tentang penatalaksanaan klinik yang diyakininya kemudian
disepakati dalam persetujuan tertulis/ informed consent oleh kedua belah pihak
(tenaga kesehatan dengan klien).
Persiapan Pre Operatif
Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan
seteliti mungkin untuk membuat diagnosis penyakit yang tepat dan untuk menilai
kondisi pasien. Persiapan operasi pada keadaan darurat tentunya tidak selengkap
dengan operasi yang terjadwal, namun demikian hal-hal yang esensial tetap
dilakukan.
Pada malam sebelum operasi, pasien dipuasakan
sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi dilakukan. Pemberian pramedikasi
diberikan dan diatur oleh ahli anestesi.
Perawatan Post Operatif
Sesudah operasi, timbul beberapa perubahan pada
badan.
Perubahan-perubahan
itu adalah :
1.
Kehilangan darah dan air
yang menyebabkan berkurangnya volume cairan dalam
sirkulasi.
2.
Diuresis
pasca operasi berkurang, beberapa hari kemudian akan normal kembali.
3.
Terjadi
penghancuran protein jaringan, ekskresi kalsium meningkat, sedang pengeluaran
natrium dan klorida berkurang.
Setelah operasi selesai, pasien tida boleh
ditinggalkan sampai ia sadar. Harus dijaga jalan pernafasannya tetap terjaga.
Komplikasi-Komplikasi Pasca Operasi :
1. Syok
– Terjadi karena insufisiensi akut dari system sirkulasi dengan sel-sel
jaringan tidak mendapat makanan dan O2 dengan akibat terjadi
kematian. Penyebab syok dari hemoragi, sepsis,
neurogenik dan kardiogenik dll.
2.
Hemoragi
– Timbul bisa karena ikatan terlepas atau karena usaha penghentian darah kurang
sempurna.
3.
Gangguan
jalan kencing – Retensio urin, infeksi jalan kencing sering terjadi pada pasien
pasca operasi.
4.
Infeksi
5.
Distensi
perut – Perut terasa kembung, tetapi setelah flaktus keadaan perut menjadi
normal.
6.
Terbukanya
luka operasi dan eviserasi – Sebab terbukanya jahitan luka operasi karena luka
tidak dijahit dengan sempurna.
7. Tromboflebitis
– Jarang terjadi, hal ini bersangkutan dengan radang dan sebagai tombosis tanpa
tanpa tanda radang.
Daftar Pustaka
Bagian Obstetric Dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi.
Elstar Offset, Bandung.Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.
Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta